Wednesday 12 October 2016

[Review Buku] Death Among the Doilies oleh Mollie Cox Bryan

Death Among the Doilies (Cora Craft Mystery #1)
penulis Mollie Cox Bryan
320 halaman, NA/ Misteri
Rating: 
Dipublikasikan 30 Agustus 2016 oleh Penguin Random House Publisher

For thirty-something blogger Cora Chevalier, small town Indigo Gap, North Carolina, seems like the perfect place to reinvent her life. Shedding a stressful past as a counselor for women’s shelter, Cora is pouring all her talents—and most of her savings—into a craft retreat business, with help from close pal and resident potter Jane Starr. Between transforming her Victorian estate into a crafter’s paradise and babysitting Jane’s daughter, the new entrepreneur has no time for distractions. Especially rumors of a local school librarian….
But when Jane’s fingerprints match those found at the grisly crime scene, Cora not only worries about her friend, but her own reputation. With angry townsfolk eager for justice and both Jane’s innocence and the retreat at the risk, she must rely on her creative chops to unlace the truth behind the beloved librarian’s disturbing demise. Because if the killer’s patterns aren’t pinned, Cora’s handiwork could end up in stitches…

Death Among the Doilies merupakan novel yang sejak awal sudah mencuri perhatian saya dikarenakan sampulnya yang cantik. Selain itu, premisnya menjanjikan sesuatu yang tidak biasa ditemukan dalam genre misteri: dunia kerajinan tangan! Cora, blogger kerajinan tangan yang juga mantan pegawai shelter untuk perempuan, ingin memulai babak baru dalam hidupnya bersama sahabatnya, Jane. Seluruh tabungan dan bantuan dari investor ia kerahkan untuk membeli dan merenovasi Kildare House di kota kecil Indigo Gap, hingga bisa menjadi sebuah “retreat” bagi para crafter yang ingin mencari kedamaian sembari mengikuti kelas-kelas kerajinan tangan.

Namun, sehari sebelum pembukaan Kildare House, Jane dituduh sebagai dalang atas meninggalnya Sarah Waters, penjaga perpustakaan di sekolah London (putri Jane) yang begitu disayangi masyarakat. Sarah tidak hanya dibunuh, tapi jari-jarinya dipotong dan disebar di sepenjuru rumah. Layaknya kota kecil pada umumnya, berita buruk walaupun masih dalam tahap prasangka merebak cepat dan mulai memberi dampak pada rencana Cora. Satu persatu warga yang sudah memesan tempat di acara pembukaan Kildare House mulai mengundurkan diri. Cora dan Jane pun mendapat pandangan dan reaksi sinis dari masyarakat. Dengan dibantu Cashel, pengacara dan juga putra dari karyawannya, Ruby, Cora berusaha membersihkan nama Jane dan juga menyelamatkan Kildare House—mimpi terbesarnya selama ini.



Saya sangat menyukai ide cerita segar yang ditawarkan novel ini. Sebagai seorang origami crafter, saya tahu betapa pekerjaan yang menyibukkan tangan dapat membantu untuk merilekskan pikiran yang stres. Bisa dibilang karena saya begitu memahami apa yang berusaha diungkapkan oleh Cora (dan juga penulis) dalam mimpi berwujud Kildare House ini, saya menikmati sekali cerita di dalamnya. Ditambah, penulis sangat lihai dalam melukiskan suasana kota kecil Indigo Town sehingga kisah bisa diimajinasikan dengan baik. Ohya, buat yang tidak begitu suka dengan genre misteri, mungkin novel ini tepat buat kamu. Ceritanya cukup ringan dan tidak begitu kelam. Konsistensi yang pas antara “pembunuhan” dan “bagaimana membuat dekorasi cantik dari bahan yang sudah tidak terpakai” begitu deh.

Mengenai siapa pembunuh Sarah sebenarnya, pembaca akan diajak untuk berspekulasi terhadap beberapa tokoh dalam cerita. Apakah Jane, yang memiliki sejarah kriminal, benar-benar membunuh Sarah? Atau Jude, guru kerajinan sapu yang mengincar koleksi sapu antik koleksi Sarah yang dilelang? Atau Josh, mantan suami Sarah yang mendapatkan keuntungan dari meninggalnya sang istri? Tebakan saya selalu berubah-ubah, karena cerita akan selalu berputar dan informasi tambahan akan membuat tersangka-tersangka baru muncul. Dan ssssst, saya nggak nyangka banget lho sama siapa pembunuh Sarah sesungguhnya!


Death Among the Doilies adalah novel bagus yang menurut saya underrated. Masih belum banyak pembaca yang sadar akan keberadaannya. Sebuah keberuntungan saya “menemukan” novel ini di antara beberapa novel misteri (yang juga memiliki sampul super cantik dan judul catchy) yang saya dapat beberapa waktu lalu. Saya sangat (sangat sangat!) menyukai kisah ini, dan bagian penutup yang begitu manis membuat saya nagih buat baca buku lanjutannya. Sayang, saya harus menunggu sampai Bulan April tahun depan untuk menikmati kisah Cora Chavelier selanjutnya, di No Charm Intended, karena Death Among the Doilies baru saja terbit akhir Agustus kemarin. Mungkin saya akan membaca novel-novel misteri lain saja sambil menunggu terbitnya novel kedua dari seri Cora Craft Mystery ini. Pokoknya tunggu saja review novel-novel misteri lain di postingan selanjutnya ya!




PS: Buat yang penasaran dengan kisah Death Among the Doilies, setahu saya buku ini belum diterjemahkan oleh penerbit Indonesia. Sementara bisa dicari di Periplus.com atau toko buku impor langganan kamu ya (Periplus yang harganya paling affordable dan sedang ada diskon 9% buat member sehingga menjadi Rp 105.000 saja). Dan FYI, novel ini yang dijual baik di Periplus atau tobuk impor online lain semacam Opentrolley.co.id formatnya Mass Market Paperback (mungil, kertas buram) mengingat harganya cuma 100 ribu-an rupiah. Jadi jangan kecewa ya :)

No comments:

Post a Comment