Thursday 2 February 2017

[Review Audiobook] Stalking Jack the Ripper oleh Kerri Maniscalco

Stalking Jack the Ripper
penulis Kerri Maniscalco, narator Nicola Barber
Unabridged Audiobook, 9 jam 26 menit
Historical Fiction/ Misteri
Rating: 
Dipublikasikan 20 September 2016 oleh Hachette Audio

Presented by James Patterson's new children's imprint, this deliciously creepy horror novel has a storyline inspired by the Ripper murders and an unexpected, blood-chilling conclusion...
Seventeen-year-old Audrey Rose Wadsworth was born a lord's daughter, with a life of wealth and privilege stretched out before her. But between the social teas and silk dress fittings, she leads a forbidden secret life.
Against her stern father's wishes and society's expectations, Audrey often slips away to her uncle's laboratory to study the gruesome practice of forensic medicine. When her work on a string of savagely killed corpses drags Audrey into the investigation of a serial murderer, her search for answers brings her close to her own sheltered world.
The story's shocking twists and turns, augmented with real, sinister period photos, will make this dazzling debut from author Kerri Maniscalco impossible to forget.

Tahun 2016 yang begitu berkesan bagi saya sudah selesai. Di tahun ini, saya benar-benar pushed myself to the limit; biar bisa seleseiin skripsi dan cepet lulus, dapat break untuk nganggur pasca kuliah yang ternyata benar-benar saya butuhkan, menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion, hingga alhamdulillah diberi kesempatan untuk bisa menimba ilmu lagi. Di tahun ini pula, saya menemukan novel terbaik (there, sudah saya bold, italic, dan underline, jadi nggak bakal kelewat sama kalian) dari penulis yang belum pernah saya dengar sebelumnya….

Yep, Stalking Jack the Ripper. Novel ini benar-benar mengejutkan saya berkali-kali. Yang pertama, novel ini mengambil setting London abad ke-19. Biasanya saya “menghindari” novel-novel jadul, tapi rupanya novel ini adalah salah satu pengecualian (kenapa saya bisa nemu novel ini bakal saya ceritakan di poin terakhir). Bisa dibilang, saya ketemu novel ini udah kayak jodoh lah. I didn’t know that you’d be so special in my heart, dah-ling. Tapi menyebut novel ini novel jadul kurang pas juga sih, karena tetap ada sedikit sentuhan modern sehingga saya masih bisa menikmatinya dengan baik.

I was determined to be both pretty and fierce, as Mother had said I could be. Just because I was interested in a man’s job didn’t mean I had to give up being girly. Who defined those roles anyhow?

Kejutan yang kedua, adalah protagonis kita, Audrey Rose, yang sangat badass tapi tetap bisa feminim maksimal. Pernah baca protagonis yang dipaksakan untuk setrong sama penulisnya kan? Annoying banget nggak sih? Nah, Audrey tuh enggak kayak gitu! Pokoknya saya suka banget sama dia, terutama karena di buku ini dia bakal dapet banyak banget cobaan; dari yang mulai udah lumrah banget terjadi kayak diremehkan kepintaran dan keterampilannya di bidang kedokteran karena statusnya sebagai wanita bangsawan (yang biasanya liat darah langsung faint-faint chantique), terjebak di keluarga yang rada abnormal, dan harus mencari siapa Jack the Ripper sesungguhnya untuk menyelamatkan reputasi paman dan ayahnya, semua dia lakukan dengan anggun tapi tetap no-nonsense.

“Wield your assets like a blade, Cousin. No man has invented a corset for our brains. Let them think they rule the world. It’s a queen who sits on that throne. Never forget that. There’s no reason you can’t wear a simple frock to work, then don the finest gown and dance the night away. But only if it pleases you.”

Yang ketiga, adalah Thomas Cresswell. Guys….. GUYYYYS…….. my best book boyfriend….. EVERRR!!! Nggak ngerti lagi bagaimana saya harus mendeskripsikan Thomas ke kalian. He’s a truly gentleman, indeed. Tapi dia masih tetap suka usil dan sok-sok protektif gituuu kalo sama Audrey. Pokoknya….. tingkah-tingkahnya……. you can’t just not forgive him. Saya sempat dilema berat ketika tahu bahwa Thomas kemungkinan adalah Jack the Ripper yang Audrey cari. Tapi….. ah lebih baik kalian baca sendiri ya ceritanya hehehe.


Karena setting-nya sendiri di London, tidak mengherankan kalau para tokohnya memiliki aksen British kental. Nah, beruntung sekali bagi saya yang membaca novel ini dalam format audiobook, karena…ehem….. NARATORNYA KEREN SEKALI ASTAGA!! Nicola Barber merupakan narator super profesional, teman-teman. Selain bisa menirukan berbagai aksen, dia tahu kapan harus meninggi-rendahkan suaranya. Dia juga bisa melakukan impersonasi dan memberi suara yang berbeda pada seluruh tokoh di novel ini, sehingga ketika membacakan dialog para tokoh, saya bisa membedakan “siapa” yang sedang bicara. Kemampuan seperti itu bisa dibilang sangat langka lho (dari beberapa audiobook yang saya baca, baru dia yang bisa melakukan itu). Nicola Barber benar-benar memberikan sumbangan besar dalam menghidupkan novel ini. Dia-lah yang bikin saya nggak ragu untuk memasukkan novel ini ke daftar bacaan karena saya sudah kadung jatuh cinta sama caranya bercerita sejak menit-menit pertama (fyi, saya nggak sengaja ngeklik tombol preview novel ini di audible.com dan langsung kesengsem!!!).

“She’s lovely.”
He turned his back on me and walked toward it [photo].
“She is quite lovely,” he said, picking up the photograph. “Enchanting, really. Those eyes, and perfectly proportioned features. Comes from a magnificent family, too.” He sigh happily. “I love her with all my heart.”
He was in love. How exceptionally wonderful for him. I wished them both a lifetime of misery with ill-mannered children. I swallowed my annoyance down and plastered on a smile. “I hope you’ll both be very happy together.”
Thomas whipped his head around. “Pardon? You…” He studied the set of my jaw and forced indifference of my features. The scoundrel had the audacity to laugh. “She’s lovely because she’s my sister, Audrey Rose. I’m referring to the superior genes we have in common. My heart belongs only to you.”


Untuk ukuran karya debut, novel ini bisa saya katakan brilian. Mungkin karena saya capek baca YA dan NA yang biasa-biasa saja kali ya, butuh yang seger-seger. Ohya…. saya baru tahu kalau Stalking Jack the Ripper ini bakal punya sekuel, lho! Astaga, saya sudah nggak sabar banget buat baca kelanjutan dari petualangan Audrey dan Thomas. Dan semoga Nicola Barber tetap jadi narator audiobooknya ya, teman-teman!

No comments:

Post a Comment